Rabu, 04 Juni 2008

Bagpacker

Bagpacker, sebuah kata yang sudah lama ku dengar dan ku tahu artinya tetapi tak kuperhatikan. Seorang temanku pulang dari Jakarta untuk interview, seperti biasa tidak ada jajan atau oleh-oleh apapun. Maklum saja kita semua adalah Persatuan Advokat Indonesia (PAI), advokad adalah sebutan untuk pengacara, sedangkan pengacara sendiri adalah singkatan dari pengangguran banyak acara. hee maaf buat pengacara beneran ya...

Setelah beberapa hari berada di kos, akhirnya muncul juga. Temanku terlihat membaca buku bersampul biru dan bertuliskan The Naked Traveller. Karena aku lumayan doyan dengan bacaan, aku pinjamlah buku temanku tadi. Buku oleh-oleh dari Jakarta.

Setelah membaca buku karangan trinity aku jadi punya inspirasi untuk melakukan traveling, hari senin kemarin aku traveling ke Solo. Kota dengan motto the spirit of java ini ternyata menyimpan hal-hal yang menarik. Niat perjalanan awalnya adalah menemani si shu (temanku se kos) untuk mengambil data untuk Tugas Akhir. Karena TA-nya berkaitan dengan pasar, pasar klitikan tepatnya.

Setelah sampai di kantor dinas kop & UKM, kami menuju kantor disperindag, eh si Ibu yang dicari tidak ada. Lagi rapat kata pegawai yang ada di kantor tersebut. Jadilah masuk agenda ke dua, yaitu ke pasar.

Asyik ke pasar, pasar klitikan. Setelah menunggu angkot lama tidak ada. Ternyata hari itu angkot di kota Surakarta melakukan demonstrasi dan pemogokan, jadi sepi, jarang angkot yang lewat. Setelah menunggu lama, dan kemungkinan ke klitikan susah transportasi maka kami mengalihkan tujuan.

Pasar klewer jadi fokus perjalanan, setelah menunggu beberapa waktu lewatlah bus jurusan pasar klewer. "pasar klewer?!!" tanyaku ke kondektur alias kernet bus. "Ya!!!" jawabnya.

Setelah perjalanan sampailah kami pada kawasan pasar dan kami di turunkan di situ. Eh ternyata klewer masih jauh men. Pokoknya turun, nyebrang jalan. Lurus notok belok kanan notok lagi, eit sebelum belok kami beli serabi dulu.

Kue serabi, rasanya enak, rp 1500,- / buah. Kue serabi berisi pisang yang telah di iris atau dihaluskan, sambil jalan menyusuri jalan disamping tembok tinggi benteng kraton dan berbalut sinar matahari yang panasnya bukan main, kami makan kue serabi. Halah, jalan terus ikuti benteng, ntar belok kanan dan sekitar 2oo m, sampai di pasar klewer.

Klewer merupakan pasar grosir untuk garmen atau pakaian jadi, aneka BH dan kancut adalah dagangan yang kami lihat di sepanjang gang masuk. Aneka batik di jual secara grosir, baju anak, remaja dan orang tua banyak tersedia. Seragam sekolah dasar, sampai seragam batik ala eksekutif muda ada.

Karena dibuat hewan dengan begitu banyak dan ramainya klewer kita sampai muter-muter setiap gang yang ada di dalam pasar. Setelah lelah, panas, haus dan lapar maka makan adalah agenda selanjutnya.

Mencari warung makan, jalan dan muter-muter, sampailah di lapangan parkir, terlihat para sopir angkot sedang berkumpul. Ada beberapa yang pulang. Karena jarang warung makan kami balik lagi masuk area pasar klewer, setelah masuk di gerbang besar bertuliskan PB X, terlihat berjajar warung makan, tetapi sebelum masuk warung kami di kejutkan dengan adanya teriakan demonstran yang sedang memaksa bus kota untuk menurunkan penumpangnya sebagai wujud partisipasinya terhadap demonstrasi menolak kenaikan BBM.

Berdiri sebentar, clingak-clinguk nyari warung yang cocok. Kita cari masakan yang aneh dan tidak ada di daerah tempat tinggal kami. Setelah mencari maka Nasi Timlo jadi pilihan, segera kami masuk warung dan memesan nasi timlo.

Nasi timlo seperti soto surabaya, sepiring nasi putih, semangkun kuah (kaya soto) berisi mie soon dan beberapa iris daging ayam. Ealah, tau gini makan mie ayam aja ya, heeee (porsinya kurang).

Sambil menunggu nasi disiapkan, kami makan tahu goreng ampe habis dua potong / orang. Segelas es teh (manis) dan datanglah nasi timlo. Makakaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnn. Setelah makan tiba saatnya membayar, "berapa bu?" tanya temanku

rp 20.000,- . Jumlah yang tidak terlalu gede sih buat yang punya duit, tetapi buat kami kaum kere hore bisa empat kali makan thu. Tapi kami tetap senang karena telah menikmati kuliner yang asing buat kami sebelumnya.

Setelah makan, waktunya balik ke kantor lagi, eit.. masalah besar karena angkot tidak ada. Temanku tanya pada si ibu pemilik warung makan, kalau becak ke Grand Mall berapa tarifnya. rp 10.000,-. Bukan mahal yang jadi masalah tetapi apakah becak dari klewer mau nyampe ke grand mall, maka kami terus jalan aja sampai perempatan dan menunggu bus. Karena masih terlihat bus kota yang beroprasi.

Setelah beberapa saat bus datang. Lega, kata kernet bus lewat grand mall. Kata bapak2 penumpang bus, tidak ada angkutan yang lewat grand mall. Ya, sambil kami turun, si kernet bilang " deket mas, jalan ja sambil lihat cewek". Alamat jalan panas dan jauh lagiiiiiiiii.

Ternyata benar jalan panjang dan panas kami susuri kembali, grand mall terlewati. Masih jalan lagi menuju disperindag, jauh dan panas. Akhirnya sampai di disperindag, temanku mengambil data dan aku menunggu sambil membaca koran "JogloSemar".

Agenda selanjutnya ya pulang.